Kabarnya, pandemi tidak lama lagi akan dinyatakan berakhir di Indonesia setidaknya mulai awal tahun 2023 mendatang. Namun tak bisa dipungkiri bahwa ancaman resesi ekonomi semakin nyata karena ketidakpastian global. Adanya supply disruption selama pandemi Covid-19 dan konflik antara Rusia-Ukraina menyebabkan inflasi global meningkat.
Dampak pandemi pada perekonomian Indonesia sendiri masih begitu terasa sampai saat ini. Sayangnya, harga barang pokok justru terus naik meski laju perekonomian sudah mulai membaik.
Lantas, bagaimana dengan perkembangan ekonomi Indonesia di masa mendatang ?
Ekonomi Indonesia Masih Tangguh
Beban masyarakat tentu akan semakin berat apabila harga bahan pokok terus melonjak. Apalagi belum lama ini, pemerintah justru mengambil langkah yang mengejutkan yakni menaikkan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan tersebut jelas akan berpengaruh pada beberapa sektor, terutama tarif angkutan.
Selain itu, besar kemungkinan bisa mendorong laju inflasi yang tinggi. Seperti yang saat ini sedang dialami oleh beberapa negara maju selama tahun 2022, dampak dari krisis pangan dan energi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah akan terus mengamati perkembangan ekonomi secara global. Terutama pada negara-negara yang berperan penting dalam perekonomian dunia, seperti China, Eropa, dan Amerika Serikat.
“Mereka memang masih dalam kondisi serta proses regulasi yang sulit, dan pasti akan berdampak kepada seluruh dunia,” ucapnya di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2022).
Akan tetapi, menurut Sri Mulyani kondisi ekonomi di tanah air masih akan tetap tumbuh. Karena didukung dengan adanya pertumbuhan yang terus membaik sampai kuartal III.
Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kinerja ekspor yang masih cukup baik, konsumsi rumah tangga yang stabil, dan investasi yang pulih kembali.
Di tengah tekanan ekonomi global yang mengancam, tingkat inflasi di Indonesia masih terkendali. Kinerja ekspor maupun impor terus bertumbuh positif dan selalu menunjukkan hasil surplus. Sehingga bisa dikatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih aman sampai akhir tahun 2022.
Hadapi Ancaman Resesi
Sepanjang tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik. Akan tetapi, bagaimana kondisi pada tahun 2023 mendatang ? Akankah Indonesia mengalami resesi di tahun depan ?
Bank Dunia sudah memprediksi bahwa tahun depan perekonomian dunia akan jatuh ke dalam lubang resesi. Ini menjadi catatan bagi Indonesia agar senantiasa waspada dengan ancaman ekonomi tersebut.
Karena jika resesi sampai terjadi di tahun 2023, dampak yang ditimbulkan pasti semakin menyulitkan. Adapun dampak dari resesi ekonomi adalah sebagai berikut :
- Banyak investor yang lebih memilih untuk mengamankan aset sehingga geliat investasi tentu akan menurun drastis.
- Daya beli masyarakat menurun karena fokus untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu.
- Terjadi PHK besar-besaran karena beberapa sektor akan menekan kapasitas produksinya.
Selain itu, resesi yang menimpa suatu negara bisa menimbulkan efek domino. Artinya, ketika resesi berdampak pada satu sektor, maka sektor lainnya akan terkena imbasnya juga.
Untuk itu, pemerintah masih harus terus berupaya menjaga stabilitas harga agar konsumsi rumah tangga tetap stabil. Apabila daya beli masyarakat menurun, ekonomi pun akan melemah. Begitu juga dengan pemulihan pasca pandemi yang menjadi tidak mudah.
Dalam hal ini, pemerintah mengajak Bank Indonesia (BI) untuk bekerja sama menjaga stabilitas ekonomi tanah air serta mendorong pemulihan.
Indonesia Tak Perlu Panik
Menurut Direktur Riset CORE (Centre of Reform on Economics) Indonesia Piter Abdullah, Indonesia tak perlu panik pada ancaman resesi global. Karena apa yang dialami Indonesia saat ini berbeda dengan kondisi perekonomian negara-negara lainnya.
“Yang memburuk itu ekonomi secara global. Kita memang perlu waspada tetapi indikator ekonomi tanah air masih cukup baik. Tetap waspada tapi jangan panik,” kata Piter, Kamis (29/9/2022)
Gejolak harga komoditas yang sedang terjadi di pasar global sekarang merupakan hal yang wajar. Asalkan gejolak tersebut tidaklah besar dan berlangsung continue, maka masih aman untuk perekonomian Indonesia.
Pemerintah optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai target yakni 5,2% hingga 6% di tahun depan. Untuk mewujudkannya, pemerintah konsisten membuat berbagai kebijakan dan strategi yang tepat hingga resiliensi ekonomi meningkat.
Langkah yang akhirnya diambil oleh pemerintah yaitu mendorong daya beli masyarakat kalangan bawah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) seperti BLT Minyak Goreng, bantuan PKH, dan Kartu Prakerja. Selain itu, pemerintah juga mempersiapkan transisi aktivitas ekonomi masyarakat sejak adanya pelonggaran mobilitas.
Pemerintah juga menambah anggaran subsidi untuk mencegah naiknya harga pangan dan energi. Tak hanya itu Program Kartu Prakerja juga turut didorong untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kompetensi. Pengembangan pada UMKM pun terus dilakukan agar perputaran ekonomi di tengah masyarakat akan kembali pulih.